Senin, 08 Juni 2015

ANALISIS PERUBAHAN POLA KONSUMSI KONSUMEN

Kebetulan Akhir semester banyak tugas nih,, :) ini salah satu tugas buat mata kuliah "Prilaku Konsumen"


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Perilaku konsumsi konsumen masyarakat menunjukkan perilaku masyarakat dalam jangka panjang terhadap alokasi pendapatannya untuk melakukan konsumsi yang di dalamnya meliputi berapa besar pendapatan mereka yang dialokasikan untuk konsumsi dan pola hasrat untuk mengkonsumsi. Dalam usaha mengalokasikan pendapatannya untuk konsumsi tersebut, konsumen akan dihadapkan pada proses membuat keputusan terhadap produk atau jasa yang akan dikonsumsi untuk memenuhi kebutuhan hidup sekaligus mencapai kepuasan. Pada kondisi inilah sebenarnya perilaku konsumen sudah mulai berjalan. Sehingga perilaku beli konsumen atau disebut perilaku konsumen, bukanlah suatu perkara kecil karena setiap anggota masyarakat merupakan konsumen. Sejak terjadinya krisis ekonomi tahun 1998, keadaan demografi konsumen, khususnya pendapatan masyarakat mengalami perubahan. Perubahan tersebut tentu akan mempengaruhi gaya hidup. Hermawan Kertajaya mengatakan, bahwa krisis ekonomi di Indonesia telah mengelompokkan konsumen Indonesia ke dalam tiga segmen. Pertama, segmen konsumen Dumb. Kelompok konsumen ini adalah konsumen yang dalam pengambilan keputusan pembelian hanya memperhatikan harga. Produk dengan harga murah menjadi incaran segmen ini. Kedua, segmen Snob. Segmen ini sangat mengutamakan kualitas produk, dan Ketiga, segmen Smart, yang dikatakannya sebagai segmen yang mengutamakan nilai (value). Value tersebut, oleh Hermawan diartikan sebagai perbandingan antara manfaat (benefit) dan biaya yang harus dikeluarkan konsumen untuk menikmati manfaat tersebut (Maulana, 1999). Pola konsumsi sangat dipengaruhi oleh perilaku konsumsi konsumen dalam jangka panjang. Perilaku konsumsi konsumen ini yang akan dijadikan dasar dalam mencari pola konsumsi saat ini. Pola konsumsi masyarakat ini pada akhirnya akan berpengaruh pada kondisi ekonomi makro, seperti pendapatan masyarakat.

B.    Permasalahan
Bagaimana Perubahan Pola Konsumsi Konsumen?

C.    Tujuan
Mengetahui Perubahan Pola Konsumsi Konsumen

BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Pola Konsumsi
Konsumsi, dari bahasa Belanda consumptie, ialah suatu kegiatan yang bertujuan mengurangi atau menghabiskan daya guna suatu benda, baik berupa barang maupun jasa, untuk memenuhi kebutuhan dan kepuasan secara langsung. Konsumen adalah setiap orang pemakai barang dan atau jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain, maupun makhluk hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan.Jika tujuan pembelian produk tersebut untuk dijual kembali, maka dia disebut pengecer atau distributor. Pada masa sekarang ini bukan suatu rahasia lagi bahwa sebenarnya konsumen adalah raja sebenarnya, oleh karena itu produsen yang memiliki prinsip holistic marketing sudah seharusnya memperhatikan semua yang menjadi hak-hak konsumen. kecenderungan mengkonsumsi disebut POLA KONSUMSI.
Menurut Dumairy (1996:114) menyatakan bahwa Konsumsi adalah bagian dari pendapatan yang dibelanjakan. 
Menurut Samuelson dan Nordhaus (1995: 123) mendefinisikan konsumsi rumah tangga adalah pengeluaran untuk pembelian barang-barang dan jasa akhir guna mendapatkan kepuasan ataupun memenuhi kebutuhannya. Menurut Dumairy (1996:117) menyatakan bahwa : Pengeluaran untuk makanan terdiri atas padi-padian,umbi-umbian, ikan, daging, telur dan susu, sayur-mayur, kacang-kacangan, buah-buahan, minyak dan lemak, bahan minuman, bumbuan, bahan pangan, makanan jadi, minuman beralkohol, tembakau dan sirih. Sedangkan pengeluaran bukan makanan  tediri atas perumahan dan bahan baker, aneka barang dan jasa (bahan perawatan badan, bacaan, komunikasi, kendaraan bermotor, transportasi, pembantu, dan sopir), biaya kesehatan, pakaian, alas kaki, tutup kepala, barang tahan lama, pajak dan premi asuransi, keperluan pesta dan upacara. Pola konsumsi menurut Samuelson (Makroekonomi: 2002) Dalam kehidupan sehari-hari tidak pernah ada dua keluarga yang menggunakan uang mereka dengan cara yang tepat sama.  Pola konsumsi dapat dikenali berdasarkan alokasi penggunaannya. Untuk keperluan analisis, secara garis besar alokasi pengeluaran konsumsi masyarakat digolongkan dalam dua kelompok penggunaan, yauti pengeluaran untuk makanan dan pengeluaran untuk non- makanan.
Perbandingan besar pengeluaran perkapita penduduk perkotaan terhadap penduduk pedesaan cenderung konstan tahun demi tahun . Pengeluaran rata-rata orang kota selalu dua kalilipat pengeluaran orang desa. Perbandingan pola pengeluarannya juga demikan. Alokasi pengeluaran untuk makanan di kalangan orang desa lebih besar dibandingkan orang kota. 

B. Kelompok Pola Konsumsi
Dalam membedakan pola konsumsi secara umum, kita pisahkan konsumen dalam tiga kategori besar. Pemisahan ini sudah cukup mampu menjadi gambaran bagi anda untuk mengkonsep layanan anda sehingga laku dipasaran.
1. Konsumen Menengah Kebawah
Pola konsumsi kategori ini  sesuai dengan kapasitas ekonomi kalangan ini yang terbatas. Mereka cenderung mencari produk dengan harga rendah, tentu dengan kesadaran penuh kalau mereka tidak bisa menuntut produk terbaik dengan harga tersebut. Selain itu kebutuhan mereka lebih terbatas hanya pada hal hal seputar dengan kebutuhan sehari hari.
Untuk target ini, anda bisa mengupayakan penghematan biaya produksi seefisien mungkin, demi bisa memberikan harga yang tetap miring namun anda dapat meraih keuntungan yang cukup. Namun upayakan anda tetap mampu memberikan kualitas yang baik, terlebih jika anda mampu memberi produk yang seakan akan berharga mahal.
2. Konsumen Menengah keatas
Pola konsumsi kelompok ini jauh lebih leluasa dari kelompok sebelumnya. Kelompok ini memiliki kemampuan ekonomi yang lebih baik, sehingga standar kebutuhan mereka juga lebih kompleks. Pada kalangan ini  mereka mulai mencari layanan tambahan seperti hiburan, investasi DLL.
Pola konsumsi kategori ini juga lebih siap dengan harga yang lebih tinggi, tentu dengan produk yang diharapkan lebih baik. Namun mereka sangat vokal dengan produk yang mengecewakan. Karenanya anda harus peka dengan kebutuhan mereka dan layanan yang anda berikan.
3. Konsumen Luxury
Kelompok ini memiliki kekuatan finansial yang sangat baik, sehingga pola konsumsi mereka sangat khusus. Mereka sanggup membeli dengan harga sangat tinggi, namun mereka menuntut untuk mendapat layanan terbaik.
Terkadang mereka mendapat layanan VIP karena daya beli mereka, seperti meja khusus, ruang khusus atau bahkan acara khusus. Untuk melayani mereka, anda harus memahami bahwa anda harus mengeluarkan semua upaya untuk memperoleh produk dengan kualitas terbaik, sekali mereka kecewa mereka akan mengajak relasi mereka untuk meninggalkan anda. Begitulah pola konsumsi mereka

C. Faktor yang memepengaruhi konsumsi konsumen
Penyebab Faktor Ekonomi
1. Pendapatan
Pendapatan yang meningkat tentu saja biasanya otomatis diikuti dengan peningkatan pengeluaran konsumsi. Contoh : seseorang yang tadinya makan nasi aking ketika mendapat pekerjaan yang menghasilkan gaji yang besar akan meninggalkan nasi aking menjadi nasi beras rajalele. Orang yang tadinya makan sehari dua kali bisa jadi 3 kali ketika dapat tunjangan tambahan dari pabrik.
2. Kekayaan
Orang kaya yang punya banya aset riil biasanya memiliki pengeluaran konsumsi yang besar. Contonya seperti seseorang yang memiliki banyak rumah kontrakan dan rumah kost biasanya akan memiliki banyak uang tanpa harus banyak bekerja. Dengan demikian orang tersebut dapat membeli banyak barang dan jasa karena punya banyak pemasukan dari hartanya.
3. Tingkat Bunga
Bunga bank yang tinggi akan mengurangi tingkat konsumsi yang tinggi karena orang lebih tertarik menabung di bank dengan bunga tetap tabungan atau deposito yang tinggi dibanding dengan membelanjakan banyak uang.
4. Perkiraan Masa Depan
Orang yang was-was tentang nasibnya di masa yang akan datang akan menekan konsumsi. Biasanya seperti orang yang mau pensiun, punya anak yang butuh biaya sekolah, ada yang sakit buatuh banyak biaya perobatan, dan lain sebagainya.

Penyebab Faktor Demografi
1. Komposisi Penduduk
Dalam suatu wilayah jika jumlah orang yang usia kerja produktif banyak maka konsumsinya akan tinggi. Bila yang tinggal di kota ada banyak maka konsumsi suatu daerah akan tinggi juga. Bila tingkat pendidikan sumber daya manusia di wilayah itu tinggi-tinggi maka biasanya pengeluaran wilayah tersebut menjadi tinggi.
2. Jumlah Penduduk
Jika suatu daerah jumlah orangnya sedikit sekali maka biasanya konsumsinya sedikit. Jika orangnya ada sangat banyak maka konsumsinya sangat banyak pula.

Penyebab / Faktor Lain
1. Kebiasaan Adat Sosial Budaya
Suatu kebiasaan di suatu wilayah dapat mempengaruhi tingkat konsumsi seseorang. Di daerah yang memegang teguh adat istiadat untuk hidup sederhana biasanya akan memiliki tingkat konsumsi yang kecil. Sedangkan daerah yang memiliki kebiasaan gemar pesta adat biasanya memeiliki pengeluaran yang besar.
2. Gaya Hidup Seseorang
Seseorang yang berpenghasilan rendah dapat memiliki tingkat pengeluaran yang tinggi jika orang itu menyukai gaya hidup yang mewah dan gemar berhutang baik kepada orang lain maupun dengan kartu kredit.

Menurut J. M Keynes, tingkat konsumsi seseorang atau rumah tangga ditentukan oleh pendapatannya. Lalu, apakah ada faktor lain yang mempengaruhi konsumsi?
Faktor Objektif, yaitu faktor yang secara umum diakui sebagai faktor yang
mempengaruhi konsumsi. Factor Objektif dibagi menjadi 3 yaitu:
1. Harga
Keynes mengatakan bahwa perubahan harga yang cukup besar akan menyebabkan perubahan daya beli masyarakat yang besar pula. Artinya, naik turunnya tingkat harga umum yang cukup besar akan mengubah pendapatan rill dan nilai rill uang yang cukup besar pula.
2. Kebijakan Fiskal
Salah satu instrument kebijakan fiskal , yaitu pajak sangat mempengaruhi besarnya pendapatan yang digunakan untuk konsumsi. Semakin besar tarif pajak yang berlaku terhadap barang dan jasa, semakin tinggi harga tersebut. Artinya, pendapatan rill masyarakat menurun sehingga konsumsi mereka pun menurun.
3. Suku Bunga
Faktor yang menarik sesorang untuk menabung atau investasi adalah suku bunga. Semakin besar suku bunga tabungan, semakin besar pula imbalan jasa yang diberikan oleh bank. Jadi, besar kecilnya suku bunga akan mempengaruhi keputusan konsumsi seseorang.
Faktor Subjektif
Faktor yang berasal dari kondisi yang dialami oleh setiap orang. Faktor subjektif tidak selalu mempunyai pengaruh yang sama pada setiap orang. Faktor Subjektif dibagi menjadi 2 yaitu:
1. Sikap hati-hati
Seorang konsumen berusaha untuk lebih hati-hati dalam membelanjakan uangnya dengan cara mengurangi konsumsi dengan menyisihkan sebagian pendapatnnya untuk menghadapi kesulitan di masa yang akan datang.
2. Kekayaan (wariasan) yang dimiliki
Menurut Keynes, seseorang yang mempunyai kekayaan dari warisan atau tabungan akan menggunakan sebagian besar pendapatannya untuk konsumsi. Sebaliknya, seseorang yang tidak memiliki kekayaan dari warisan atau tabungan akan lebih memilih untuk menyisihkan pendapatannya ke dalam tabungan. Dengan tujuan memperoleh kekayaan yang lebih besar atau untuk persiapan di masa mendatang.
Pengertian dan Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat Konsumsi merupakan kegiatan manusia dalam penggunaan barang dan jasa untuk mengurangi atau menghabiskan daya guna atau manfaat suatu barang dan jasa dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya.

Beberapa factor yang mempengaruhi tingkat konsumsi seseorang yaitu:
1. Tingkat Pendapatan
Pendapatan merupakan suatu balas jasa dari seseorang atas tenaga atau pikiran yang telah disumbangkan, biasanya berupa upah atau gaji. Makin tinggi pendapatan seseorang makin tinggi pula daya belinya dan semakin beraneka ragam kebutuhan yang harus dipenuhi, dan sebaliknya.
2. Tingkat Pendidikan
Makin tinggi pendidikan seseorang makin tinggi pula kebutuhan yang ingin dipenuhinya. Contohnya seorang sarjana lebih membutuhkan computer dibandingkan seseorang lulusan sekolah dasar.
3. Tingkat Kebutuhan
Kebutuhan setiap orang berbbeda-beda. Seseorang yang tinggal di kota daya belinya akan lebih tinggi jika dibandingkan dengan yang tinggal di desa.
4. Kebiasaan Masyarakat
Di zaman yang serba modern muncul kecenderungan konsumerisme didalam masyarakat. Penerapan pola hidup ekonomis yaitu dengan membeli barang dan jasa yang benar-benar dibutuhkan, maka secara tidak langsung telah meningkatkan kesejahteraan hidup.
5. Harga Barang
Jika harga barang naik maka daya beli konsumen cenderung menurun sedangkan jika harga barang dan jasa turun maka daya beli konsumen akan naik. Hal ini sesuai dengan hokum permintaan.
6. Mode
Barang-barang yang baru menjadi mode dalam masyarakat biasanya akan laku keras di pasar sehingga konsumsi bertambah. Dengan demikian mode dapat mempengaruhi konsumsi.

Manusia senantiasa berusaha untuk memperoleh kepuasan setinggi-tingginya dan mencapai tingkat kemakmuran dengan memenuhi berbagai macam kebutuhannya. Usaha itu dilakukan dengan mengkonsumsi barang dan jasa yang dibutuhkan. 
Tujuan konsumsi antara lain:
1. Pendapatan seseorang tidak semuanya dihabiskan untuk konsumsi.
2. Konsumsi akan menciptakan tingkat permintaan masyarakat.
3. Konsumsi dapat memenuhi kebutuhan nilai ganda pada seseorang.
4. Konsumsi dapat memenuhi kepuasan seseorang.

D. Prilaku Konsumen dalam Berbelanja
1. Prilaku konsumen rasional
prilaku konsumen yang didasari oleh proses rasional dalam mengkonsumsi suatu produk. Suatu pembelian dikatakan rasional apabila :
Produk tersebut mampu memberikan kegunaan optimal bagi konsumen
Mutu produk terjamin
Produk tersebut benar-benar dibutuhkan oleh konsumen
Harga terjangkau dan sesuai dengan kemampuan konsumen
2. Prilaku konsumen tidak rasional
sebuah tindakan dalam berbelanja dikatakan tidak irasional bila seorang konsumen memutuskan untuk membeli barang tanpa pertimbangan yang baik.
Membeli karena tertarik iklan
Membeli hanya karena merknya yang terkenal
Membeli karena memperoleh bonus atau diskon
Konsumsi hanya untuk pamer atau gengsi, bukan karena kebutuhan sang konsumen
Rasional atau tidaknya si konsumen dalam melakukan konsumsi sangat dipengaruhi oleh :
Pendidikan
Kedewasaan
Kematangan emosional

E. Penyebab Perubahan Perilaku Konsumsi Konsumen di Indonesia
1. Pertumbuhan Penduduk
Dari tahun ke tahun pertumbuhan penduduk di Indonesia semakin bertambah sekitar pada tahun 1970 pertumbuhan penduduk berkisar 140 Juta jiwa lalu 30 tahun kemudian tumbuh 80 Juta jiwa yang mayoritas masyarakat menengah bawah dengan nutrisi rendah, kesehatan rentan, dan pendidikan mutunya rendah, sehingga terjadi peningkatan 220 Juta jiwa di tahun 2000, dan yang lebih buruknya pada tahun 2010 peningkatan  sangat besar terjadi menjadi 233,4 Juta jiwa rata-rata peningkatan pertahun kurang lebih sekitar 60 Juta jiwa usia Produktif yang mutu SDM nya rendah, mudah marah (amukan / tawuran), dan daya nalarnya rendah. Dan diprediksi akan terjadi peningkatan pertumbuhan penduduk sekitar 82 juta jiwa 20 tahun mendatang dan akan semakin meningkat dan meningkat jika tidak ditanggulangi. Hal ini akan sangat berpengaruh air bersih yang semakin langka, sampah dan polusi bertambah, kebutuhan energi bertambah, Pangan terbatas, ledakan pencari kerja, dan masalah lainnya.
2. Mega Trend Dunia
Misalnya budaya masuknya makanan cepat saji mempengaruhi pola konsumsi pangan masyarakat makanan seperti burger, fried chicken hotdog dan lainnya sudah bertebaran luas dimana-dimana dan dikonsumsi dari semua kalangan masyarakat, masuknya barang-barang import mempengaruhi pola konsumsi sandang masyarakat yang selalu ingin tampil modis sesuai trend saat itu belum lagi tas, sepatu, perhiasan, transportasi, dan sebagainya terutama bagi kalangan kelas atas yang menjadi pangsa pasar barang import.
3. Budaya Setempat atau suatu daerah
Budaya setempat sangat mempengaruhi pola konsumsi seseorang, misalnya si A tinggal di kota besar dya berbelanja selalu ke Mall besar memakai barang bermerk belanja dalam 1 bulan gajinya selalu habis. Lalu dya dipindahtugaskan ke kota kecil, karena di kota tersebut belum ada Mall maka si A hanya belanja di Minimarket atau Toko terdekat, dalam 1 bulan uang gajinya bisa sebagian di tabung.
Contoh ke 2 : Pak Harto tinggal di Jawa beliau terbiasa makan nasi dalam kesehariannya, bisa menghabiskan berasa 30 Kg dalam 1 Bulan. Lalu ketika Pak Harto pindah ke NTT, disana notabene pertanian ditanami dengan jagung, maka lama kelamaan Pak Harto lebih sering memakan Jagung sebagai kebutuhan pokok di bandingkan Nasi.
4. Perubahan Iklim
Cuaca sangat mempengaruhi pola konsumsi konsumen, saat cuaca panas maka baju-baju yang tipis akan banyak diminati orang, minuman dan makanan dingin juga banyak terjual, lain halnya jika dimusim hujan yang lebih laku terjual adalah jas hujan, payung, sandal jepit, dsb.
Untuk diluar negeri yang memiliki musim salju atau dingin, akan membuat pedagang mantel bulu laku keras. Inilah bukti betapa iklim sangat mempengaruhi pola konsumsi.

BAB III
KESIMPULAN

Kesimpulan yang dapat diambil dari makalah ini adalah, POLA KONSUMSI merupakan kecenderungan seseorang dalam mengkonsumsi, menghabiskan suatu produk.

Banyak hal yang mempengaruhi seseorang berubah dalam pola konsumsinya baik itu secara internal maupun eksternal. Banyak faktor-faktor yang mempengaruhi seperti Pendapatan, Pendidikan, Kebiasaan, Harga Barang, Mode, Dsb.


Semoga Bermanfaat,,

Salam,, :)

1 komentar:

PRILAKU KONSUMEN : Segmentasi Pasar

Yukk, Lanjut ke Bab 3,, :D Segmentasi Pasar : Proses membagi pasar potensial menjadi kelompok konsumen yang berbeda beda dan memilih sat...